Back

Impor Batu Bara Tiongkok dari Indonesia Merosot, Kebijakan HBA Jadi Sorotan

  • Impor batu bara Tiongkok dari Indonesia turun 9% pada Maret 2025, sementara dari Rusia, Australia, dan Mongolia justru naik.
  • Penerapan Harga Batu Bara Acuan (HBA) oleh pemerintah Indonesia sejak 1 Maret 2025 membuat harga ekspor kurang kompetitif.
  • Permintaan batu bara di Tiongkok melemah akibat tingginya stok dalam negeri dan fokus pada pengembangan energi alternatif.

Meski total impor batu bara Tiongkok dari sejumlah negara mengalami peningkatan pada Maret 2025, justru pasokan dari Indonesia — sebagai mitra dagang terbesar di sektor ini — mengalami penurunan signifikan.

Data dari Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok mencatat bahwa volume impor batu bara dari Rusia tumbuh sebesar 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, mencapai 7,33 juta metrik ton. Kenaikan serupa terjadi pada pasokan dari Australia yang naik 14% menjadi 4,40 juta metrik ton, serta dari Mongolia yang meningkat 5% menjadi 6,80 juta metrik ton.

Sebaliknya, pasokan dari Indonesia menunjukkan tren berlawanan. Negeri ini mencatatkan penurunan ekspor batu bara ke Tiongkok sebesar 9% secara tahunan, turun menjadi 17,96 juta metrik ton.

Penurunan ini diprakirakan terkait erat dengan penerapan Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang diberlakukan pemerintah Indonesia mulai 1 Maret 2025. HBA digunakan sebagai patokan harga minimum dalam transaksi ekspor batu bara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa penggunaan HBA bertujuan untuk memperkuat kontrol terhadap harga batu bara domestik dan memastikan stabilitas sektor energi nasional.

Pada awal penerapan, HBA ditetapkan dalam rentang US$34,16 hingga US$128,24 per ton, tergantung pada jenis dan kualitas batu bara. Hampir seluruh kategori mengalami kenaikan harga dibandingkan bulan sebelumnya. Meski sempat mengalami koreksi turun pada periode kedua Maret, nilai HBA untuk beberapa golongan kembali meningkat pada paruh kedua April, menurut Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara.

Di tengah kebijakan ini, Tiongkok sendiri tengah memperkuat investasi di sektor energi terbarukan, yang secara bertahap mengurangi ketergantungan pada batu bara sebagai sumber utama energi. Selain itu, harga batu bara global turut melemah karena pasokan yang melimpah, memperbesar tekanan pada permintaan.

Kondisi tersebut juga berdampak pada total impor batu bara Tiongkok secara keseluruhan, yang tercatat menurun 6% pada Maret 2025. Persediaan dalam negeri yang masih melimpah serta lemahnya permintaan lokal turut menjadi faktor penekan utama.

Sebagai catatan, 23 April 2025, harga batu bara tercatat berada di level US$94,5 per ton, mengalami kenaikan sebesar 0,43% dibandingkan dengan harga penutupan pada hari Selasa, 22 April 2025 yang berada di level US$94,1 per ton.

Pound Sterling Pulihkan Terhadap Dolar AS Sementara Kekhawatiran Perang Dagang AS-Tiongkok Mereda

Pound Sterling (GBP) memantul kembali ke dekat 1,3300 terhadap Dolar AS (USD) di sesi Eropa hari Kamis
Read more Previous

USD: Survei PMI Mengisyaratkan Perlambatan Global Sedang Terjadi – MUFG

Dampak negatif dari meningkatnya ketidakpastian kebijakan dan kekhawatiran akan gangguan akibat tarif perdagangan terlihat jelas dalam survei PMI terbaru yang dirilis kemarin dari Eropa dan AS
Read more Next